DECEMBER 9, 2022
Masyarakat

Hari UNICEF 2023

post-img

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) didirikan pada 11 Desember 1946 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). UNICEF berawal dari situasi pasca-Perang Dunia II ketika anak-anak di Eropa dan Asia tengah menghadapi kondisi krisis kemanusiaan yang parah.

Berikut adalah sejarah lahirnya UNICEF:

1. Latar Belakang Pasca-Perang Dunia II: Pada tahun 1946, setelah berakhirnya Perang Dunia II, banyak negara di Eropa dan Asia Tengah menghadapi kondisi krisis kemanusiaan yang parah. Anak-anak menjadi korban utama dari ketidakstabilan dan kekurangan pangan.

2. Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB: Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, Dewan Ekonomi dan Sosial PBB mengadopsi Resolusi 57(IV) pada 11 Desember 1946. Resolusi ini menetapkan pembentukan UNICEF sebagai badan PBB yang fokus pada bantuan anak-anak di negara-negara yang terkena dampak perang.

3. Fokus pada Pemulihan dan Kesejahteraan Anak-Anak: UNICEF didirikan sebagai lembaga permanen dengan misi khusus untuk memberikan bantuan dan perhatian khusus kepada anak-anak dan ibu yang terkena dampak konflik dan kondisi darurat kemanusiaan.

4. Ekspansi Peran di Seluruh Dunia: Seiring berjalannya waktu, UNICEF mengembangkan peran dan tanggung jawabnya di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, gizi, dan perlindungan anak-anak. Organisasi ini beroperasi di seluruh dunia untuk memastikan hak dan kesejahteraan anak-anak di berbagai konteks sosial dan ekonomi.

5. Konvensi Hak Anak: UNICEF memainkan peran penting dalam pembentukan Konvensi Hak Anak pada tahun 1989, yang menjadi instrumen hukum internasional yang paling banyak diratifikasi di dunia, melindungi hak-hak anak.

Hingga saat ini, UNICEF terus beroperasi sebagai badan PBB yang berkomitmen untuk meningkatkan kondisi kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah yang terdampak konflik, krisis kemanusiaan, dan ketidaksetaraan.

author-img_1

Inspektorat

Penulis

Sinergi Membangun Kemandirian Ekonomi, Sejahtera untuk Semua.

About Us

The argument in favor of using filler text goes something like this: If you use arey real content in the Consulting Process anytime you reachtent.

Cart